Entah udah berapa kali gua mendengar kata-kata seperti diatas, puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali, tapi cuman berujung masuk kuping kanan keluar kuping kiri. My life is amazing kalo boleh dibilang, entah keliatan dari luarnya baik-baik aja, tapi siapa tau isi dalamnya? itulah hidup gua. Sejak kecil entah karena memang sebagai anak pertama atau gimana, mendapat perlakuan dari yang mulai menyenangkan sampai yang sakitnya gabisa lupa sampe sekarang pun pernah. Dibanding-bandingin? diremehin? selalu disalahkan? tempat marah? gajelas? ya semuanya, gak semuanya juga sih tapi sebagian besar udah pernah gua alamin. Tapi satu hal yang gua syukurin, orang tua memberikan nama gua "Afkar" dan "El Faruq" mungkin baru sekarang terjadi, harapan supaya anaknya bisa berfikir dan bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk nampakya semakin terjadi. Semua kejadian itu membuat gua berfikir, dan terbentuk tekad yang kuat dalam hati "kalo gua nanti punya anak, gua gaboleh ngelakuin apa yang dilakuin sama orang tua gua sekarang", mungkin Allah lagi ngasih gua SKS yang mesti gua selesain, supaya bisa lulus dan siap untuk ditahap selanjutnya. Dalam hal parenting sedikit banyaknya gua mengerti apa-apa yang sebaiknya dilakukan sebagai orang tua, apa yang bisa menyebabkan perasaan anak sakit hati, apa yang bisa membuat seorang anak bisa merasa senang, dan semua itu didapat ya melalui hal-hal yang gak mengenakan.
    Dalam hal percintaan, mungkin bisa dibilang gua gapernah punya pacar satu pun seumur hidup tapi, temen deket, sahabat perempuan yaa lumayan lah. Semasa sekolah gak begitu banyak cerita tentang percintaan dalam kesehariannya, layaknya seperti anak sekolah pada umumnya aja, berangkat pagi pulang sore, gitu aja sampai lulus SMA. Diawal memasuki dunia perkuliahan, juga ya masih seperti mahasiswa pada umumnya aja, kelas pagi, rapat organsisasi, drama organisasi, tipsen, yaa gitu-gitu aja, sampai dimana gua memasuki semester akhir. Berawal dari penugasan yang diberikan oleh asisten dosen pada saat itu untuk membuat suatu landing page yang akan digunakan untuk beriklan, maka dimulailah perjalanan dalam hal percintaan. Entah gimana caranya, setelah hari itu kita semakin sering untuk jalan keluar entah pergi untuk makan, nonton, atau sekedar nongkrong di puncak karena waktu lokasi ada di Bogor. Makin kesini makin seperti layaknya orang yang berpacaran, jalan berdua, nonton berdua, makan berdua, pokoknya hampir setiap minggu kita ada jadwal untuk jalan. Yang ngebuat hubungan ini makin deket, ketika ada acara di Jakarta tepatnya di SCBD itu 3 hari acaranya, dan ya bisa ditebak dong hampir setiap hari kita berangkat dari Bogor-Jakarta-Bogor gitu terus. Langsung ke akhir dari cerita ini, entah mungkin ada kesalahan di gua, atau di dia, atau emang gak ada yang salah emang mau pisah, akhirnya kita pisah meskipun dengan cara yang kurang mengenakan menurut gua. Udah mah tekanan buat nyelesain skripsi ada, ditambah pula ada itu, mumet lah pala ini, sempet down juga beberapa bulan, tapi yang dirasakan saat ini setelah kejadian itu, kayak itu tuh turning pointnya gua banget, berhasil ngebuat gua sadar akan hidup gua mau dibawa kemana, lu mau apa hidup ini, tujuan hidup lu apa, dan masih banyak lagi. Emang awalnya dirasa "kok gini sih?" ada ratusan pertanyaan yang ada dikepala pada saat itu untuk dijawab, ada banyak perasaan yang gak bisa dijelaskan oleh kata-kata, ibaratnya kalau ditanya pada saat itu kenapa, mungkin jawabannya gatau saking bingungnya. Tapi kalau sekarang ditanya waktu itu lu kenapa, mungkin gua bisa jawab "sekarang gua tau, ada beberapa pertanyaan yang mungkin jawabannya gak diberikan pada saat itu juga, yang mungkin gak harus ada jawabannya juga, tapi yang gua tau, ada pelajaran yang berharga dibalik itu semua", kalau kata om Seth Godin: "Failure is simply a cost you have to pay on the way to being right".
    Kesimpulan yang bisa gua tarik dari 2 cerita diatas adalah, kedua-duanya berhasil, dan sangat berhasil untuk membuat gua sadar akan apa tujan hidup gua, mau kemana gua bawa hidup gua, gua harus menentukan jalan hidup gua sendiri, terserah orang lain mau berkata apa, termasuk ketika ada seseorang yang masuk di kehidupan lu, disitulah tingkat kedewasaan kita diuji, antara 2 tujuan hidup, 2 pemikiran, 2 otak, harus saling melengkapi, saling mengisi, saling mendukung, ibarat sedang berada di sebuah perahu, kita harus bekerja-sama supaya perahu ini dapat berjalanan sesuai dengan tujuan awal kita berangkat.